Pendekatan dan Metode Pendidikan Mipa



KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya itu penulis dapat menyelesaikan makalah “ Pendekatan dan Metode Pendidikan Mipa II “ tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini ini dengan baik. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dra. Jufrida, M.Si.
Dan akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.



Jambi, 27 November 2013


                                                                                                                        Penulis










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.

Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada sekolah, MIPA adalah mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran MIPA diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya.. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika.

Matematika dan IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis dan konsisten. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika dan IPA harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang diterapkan oleh guru.

Pembelajaran matematika dan IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi–materi MIPA dan konsep–konsep MIPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metode termudah dan termurah. Tetapi dengan cara konvensional semacam ini, apakah makna dari belajar atau learning itu sendiri tersentuh? Dan apakah dengan cara–cara belajar semacam ini susuai dengan eksistensi psikologis siswa itu sendiri. Cara–cara belajar MIPA yang semacam ini tentu jauh dari hakikat MIPA itu sendiri. Nada sinis yang sering dijadikan kelakar bahwa cara mengajar seperti itu dikatakan “ Sastra MIPA”. Artinya tidak ada bedanya antara pembelajaran bahasa Indonesia dengan MIPA.
Salah satu hambatan dalam peningkatkan kualitas pendidikan MIPA, di antaranya adalah mitos yang telah melekat pada sebagian besar bangsa Indonesia. MIPA selama ini sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai MIPA sebagai ilmu yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita, sampai pada ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Semakin lengkap pula ketika mitos-mitos ini disertai dengan sikap guru matematika yang dalam menyampaikan pelajarannya, galak, tidak menarik, bahkan cenderung menciptakan rasa takut dan tegang pada anak. Situasi semacam ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari MIPA. Apa lagi jika siswa tersebut merasa dirinya memiliki kemampuan berfikir yang kurang dibandingkan teman-temannya.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah cara-cara membangun motivasi pelajar dalam belajar?
b.      Apa saja prinsi-prinsip yang digunakan untuk memotivasi siswa?
c.       Bagaimanakah hubungan IPA dan Matematika?
d.      Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam memotivasi belajar siswa?

C.     Tujuan Penulisan

a.       Untuk mengetahui cara-cara membangun motivasi belajar.
b.      Untuk mengetahui prinsip yang digunakan untuk memotivasi siswa.
c.       Untuk mengetahui hubungan IPA dan Matematika.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Cara-cara Memotivasi Dalam Mengajarkan IPA
Cara-cara memotivasi dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersbut bersumber pada interaksi antara parasiswa dikelas, hubungan antara guru dengan siswa, dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan  interaksi antar para siswa meliputi hubungan antar siswa, persaingan antar siswa dan rasa keterlibatan diri siswa dalam lingkungannya. Masalah yang berhubungan antara siswa dengan gurunya meliputi sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugasyang diberikan kepada siswa, ganjaran terhadap usaha siswa belajar meliputi hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Tujuan belajar dapat dinyatakan dengan tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah proses belajar mengajar , dan merupakn hasil belajar yang meliputi:
1.      Informasi verbal
2.      Keterampilan intelektual
3.      Strategi koognitif
4.      dan keterampilan motor
Dalam pengelolaan proses belajar –mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang dipilih sesuai dengan masalah yang dipelajari. Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan memperhatikan selang waktu pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan  TIK, cara penilaian yang, memadai dan perlu diadakan pengukuran yang meliputi:
1.      Dominan kognitif
2.      Efektif
3.      Psikomotor
Untuk memotivasi siswa dalam belajar IPA kita dapat kita dapat berpedoman pada bebrapa prinsip yakni prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dal keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur, penyebaran jadwal,  knsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.

Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip
1.      Prinsip kebermaknaan
Siswa termotivasi belajar jika merasakan bahwa hal-hal yang dipelajarinya bermakna baginya. Menurut teori belajar Ausubel pelajaran yang bermakna bagi siswa ialah pelajaran yang dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui siswa, telah dialaminya,dihubungkan dengan minatnya, dan kegunaanya pada masa depan kelak.
2.      Prinsip prasyarat
Siswa termotivasi belajar jika telah memiliki bekal untuk menghadapi pelajaran yang akan diterimanya. Bekal pengetahuan yang telah dimiliki ini dapat mengaitkan apa yang akan diterima siswa dengan hal-hal yang diketahuinya, sehingga pelajaran baru akan bermakna baginya dan ia akan termotivasi untuk belajar.
3.      Prinsip modeling
Siswa akan termotivasi untuk menunjukkan sikap seperti yang dilakukan oleh guru sebagai pembawa pesan dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru merupakan model bagi siswa untuk dijadikan tokoh panutan. Adapun nasihat guru yang disampaikan melalui kata-kata, tidak akan sebesar pengaruh perbuatan guru yang dilakukannya, terhadap sikap yang akan ditunjukkan oleh siswa kelak.
4.      Prinsip menarik
Siswa akan termotivasi belajar jika pelajaran disajikan secara menarik.
5.      Prinsip partisipasi dan keterlibatan
Siswa akan termotivasi belajar jika ia merasa terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
6.      Prinsip penarikan bimbingan secara langsung
Siswa akan termotivasi belajar jika bimbingan guru secara berangsur-angsur ditarik. Dengan penarikan bimbingan secara berangsur ini siswa akan merasakan kemajuan belajarnya dan adanya pertambahan kemampuan dalam dirinya, sehingga keyakinannya akan penguasaan pelajaran menambah motivasi untuk belajar. Pertambahan kemampuan yang dirasakannya merupakan sukses yang telah berhasil diraihnya secara tahap demi tahap sampai ia tidak memrlukan bimbingan guru lagi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
7.      Prinsip penyebaran jadwal
Siswa termotivasi untuk belajar bila program-program praktek dan latihan dijadwalkan antara tenggang waktu yang tidak terlalu pendek ataupun tidak terlalu panjang. Penjadwalan yang berturut-turut dan terlalu lama akan menimbulkan kebosanan dalam diri siswa.
8.      Prinsip konsekuen dan kondisi yang menyenangkan
Siswa akan termotivasi belajar jika guru konsekuen dengan peraturan-peraturan yang telah diberikannya, khususnya yang berhubungan dengan masalah disiplin kelas. Misalnya untuk tidak datang terlambat,dalam hal ini guru pun tidak boleh datang terlambat. Siswa akan termotivasi pula belajar jika kondisi instruksionalnya menyenangkan, misalnya memberikan suasana gembira kepada siswa.
9.      Prinsip komunikasi terbuka
Siswa termotivasi untuk belajar jika pesan dan harapan yang dititipkan padanya terstruktur dengan baik dan komunikatif. Sebagai contoh siswa pelu diberitahu tentang tujuan instruksional yang ingin dicapai dan telah dirumuskan dengan jelas apa yang dipesankan kepadanya dan apa tujuan yang akan dicapainya pada akhir proses belajar-mengajar tersebut. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

            Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan motivasi belajar siswa, marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan mencoba menguraikan bagaimana kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya dalamproses belajar-mengajar IPA.


            Pak Ali akan mengajarkan topik pemancaran di kelasnya. Ia ingin agar siswa termotivasi untuk belajar, maka ia akan menggunakan prinsip partisipasi dan keterlibatan, serta memotivasi siswa untuk belajar. Ia melihat penduduk desanya menggunakan insektisida dengan jumlah yang berlebihan di sawah untuk membunuh serangga perusak padi. Ia mulai memberitahukan kepada siswa tujuan istruksional khusus dari pelajaran tersebut, diantaranya sesuai dengan hasil-hasil belajar menurut teori belajar Gagne: setelah menyelesaikan pelajaran, diharapkan siswa dapat:
1.      Menyebutkan arti dari pemancaran air.
2.      Menyebutkan ciri-ciri air tercemar.
3.      Menyarankan cara-cara penanggulangan pencemaran air.
4.      Menyadari bahaya yang timbul dari pencemaran air.
5.      Menunjukkan cara sederhana untuk mengenal beberapa hal tentang pencemaran.

Setelah siswa mengetahui TIK dari pelajaran yang akan ditempuhnya dan termotivasi untuk belajar, maka pak Ali memberikan tugas kepada siswa untuk membawa bermacam-macam air yang terdapat dalam lingkungan tempat tinggal siswa dikelas,untuk diperiksa apakah air tersebut telah tercemar atau belum.Contoh air yang dibawa siswa diambil dari lingkungan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk menjadikan siswa yang membawanya merasa terlibat langsung dengan masalah pencemaran yang akan dipelajarinya itu. Dengan diketahuinya apakah air itu sudah tercamar atau belum, selanjutnya Pak Ali akan menjelaskan sebab-sebab timbulnya pencemaran dengan menggunakan metode Tanya jawab dengan siswa yang bersangkutan tentang kebiasaan apa yang dilakukan penduduk sekitar terhadap air tersebut. Secara tidak langsung siswa dapat menyimpulkan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang harus dihindarkan karena dapat mencemari air. Disamping hal itu dapat pula ditambahkan sikap hidup yang harus ditempuh  agar pencemaran air itu dapat dihindarkan. Akibat dari pencemaran dapat pula digali dari pengetahuan siswa sendiri berdasarkan gejala yang dapat diamatinya dalam kehidupan sehari-hari yang berupa kerusakan di sekitar air yang tercemar.
Karena yang dipilijh Pak Ali untuk menanamkan konsep pencemaran itu  adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasa terlibat langsung, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Pada contoh lain Pak Badu ingin memotivasi siswanya untuk mempelajari topic larutan elektrolit, maka ia memulai pelajarannya dengan bertanya “anak-anak”, mengapa kita tidak boleh menangkap belut disawah dengan menggunakan arus listrik yang diambil langsung dari kawat jaringan arus PLN?
Para siswa mulai mencoba mereka-reka kea rah mana jawaban yang diingankan Pak Guru. Ada siswa yang mengatakan hal itu sangat berbahaya, karena kemungkinan besar orang menangkap ikan itu akan meninggal karena tersengat arus listrik yang bertegangan tinggi. Kemudian Pak Badu meneruskan bertanya, “ Apakah air itu dapat menghantarkan listrik”? Pertanyaan ini dijawab “Ya”, oleh sebagian siswa dan “tidak” oleh yang lain. Mulailah Pak Badu mengajak siswanya untuk memperhatikan percobaan dengan menggunakan penguji elektrolit yang telah disiapkan sejak semula. Berdasarkan pertanyaan tentang peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berbahagia, Pak Badu memotivasi siswanya untuk mempelajari  sifat-sifat larutan terhadap arus listrik. Pada akhir pelajaran Pak Badu menjelaskan pula tentang kegunaan sifat elektolit ini dengan contoh-contoh yang digali dari pengalaman siswa, melalui pertanyaan kepada siswa. Karena merasa bahwa pelajaran tersebut ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan bermanfaat dalam kehidupan., maka siswa termotifasi untuk belajar. Dengan memotivasi siswa, Pak Badu telah menggunakan prinsip kebermaknaan, karena dengan mempelajari topik tersebut siswa dapat memanfaatkan kegunan larutan elaktrolit dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan larutan elektrolit yang salah
Ibu Ani ingin mengajarkan tentang terjadinya gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Untuk itu sebelumnya ia memperkenalkan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Berdasarkan pengetahuan bahwa cahaya merambat menurut garis lurus maka ia mengkaitkan prinsip tersebut dengan peristiwa terbentuknya bayangan, kemudian baru memasuki pembahasan tentang gerhana. Karena siswa telah mengenal sifat-sifat cahaya dan prinsip pembentukan bayangan, maka siswa termotivasi untuk mempelajari terjadinya gerhana yang mempunyai prinsip dasar sama dengan konsep yang telah dikenal sebelumnya.
Ibu Ida mempunyai cara lain untuk memotivasi siwanya untuk mempelajari tentang sifat asam-asam larutan. Ia membawa 2 gelas piala yang kosong yang sebelumnya telah dibubuhi dengan setetes phenolptalin tanpa diketahui siswa. Ia juga membawa beberapa botol asam dan beberapa botol asam basa, yang tidak berwarna dan setiap botolnya diberi etiket dengan jelas. Kemudian ia mengajak siswa untuk menduga-duga apa yang akan terjadi jika larutan dalam botol-botol itu dituangkan dalam gelas piala. Siswa menjawab bahwa pada gelas piala akan  terdapat larutan yang tidak berwarna yang berasal dari botol-botol tersebut. Jawaban siswa itu dibuktikan dengan menuangkan satu macam asam kedalam gelas piala, maka siswa gembira karena jawabannya benar, bahwa dalam gelas piala tersebut terdapat larutan yang tidak berwarna. Kemudian ibu Ida membawa gelas piala yang kedua, dan menuangkan larutan basa kedalamnya. Larutan basa yang mulanya tidak berwarna dalam botol semula, pada saat tertuang dalam gelas piala berubah warnanya menjadi merah. Para siswa sangat terkejut dan mulai termotivasi belajar karena ingin mengetahui penjelasan terjadinya peristiwa ajaib tersebut.
Dalam hal ini ibu Ida telah berhasil memotivasi siswanya untuk belajar melalui prinsip menarik perhatian siswa, dengan sebuah kejutan. Selanjutnya motivasi belajar siswa ini dapat dipertahankan dengan cara mencampurkan larutan dalam gelas piala yang pertama dan kedua dan diamati kejutan berikut yang terjadi, larutan campuran menjadi tidak berwarna lagi. Dari sini maka dikembangkan konsep reaksi asam basa. Mengapa? Phenolptalin dalam basa berwarna merah sedangkan dalam larutan asam bersifat netral tidak berwarna. Hasil reaksi antara asam dan basa bersifat netral, karena itu larutan menjadi tidak berwarna jika terdapat phenolptalin didalamnya.
Masih banyak contoh lain yang dapat menunjukkan bagaimana cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA yang dapat Anda cari, terutama  yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat  mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersebut bersumber pada interaksi antara para siswa di kelas, hubungan antara guru dengan siswa dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan interaksi antara para siswa meliputi hubungan antara siswa, persaingan antara siswa dan rasa keterlibatan diri siwa dalam lingkungannya.
Masalah yang melibatkan hubungan antara guru dengan siwa meliputi sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, ganjaran terhadap usaha siswa  belajar yang meliputi hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar secara langsung dikelas diantaranya meliputi informasi tentang tujuan belajar kepada siswa, pengelolaaan proses belajar mengajar. Dan cara mengevaluasi hasil belajar siswa. Tujuan belajar dapat dinyatakan dalam perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan terjadi setelah proses balajar-mengajar, dan merupakan hasil-hasil belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motor. Dalam pengelolaan proses belajar-mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan masalah yang dipelajari . Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan memperhatikan selang waktuy pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan TIK, cara penilaian yang memadai dan perlu diadakan pengukuran yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Untuk memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA kita dapat berpedoman pada prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dan keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur, penyebaran jadwal, konsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.

2.2. Implikasi Pendekatan dan Metode Pendidikan IPA
Untuk menunjang terlaksananya pendidikan IPA dengan baik, harus diperhatikan beberapa hal antara lain faktor guru, faktor murid dan bahan pelajaran, faktor motivasi dan sarana penunjang.
Faktor guru
a.       Menguasai bidang studi yang diajarkan
b.      Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
c.       Mempunyai keterampilan merakit alat
d.      Membimbing siswa
e.       Menyadari bahwa seorang siswa tidak di didik menjadi seorang spesialis fisika dan sebagainya
f.       Terampil dalam bertanya
g.      Bertindak sebagai ktalisator dan fasilitator
h.      Menyadari bahwa tidak senua ilmu IPA bisa dibuktikan
i.        Tidak perlu rendah diri
j.        Menyadari bahwa kemapuan bakat dan minat siswa bebeda-beda
k.      Menjadi contoh tauladan dan figure panutan





Faktor murid dan bahan pelajaran
Seorang guru IPA perlu meperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Memperhatikan dan membantu murid
b.      Menjelaskan tujuan setiap percobaan
c.       Percobaan IPA harus meransang otak siswa harus berfikir
d.      Percobaan yang akan dilakukan bukan merupakan percobaan yang baru
e.       Urutan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana ke yang sulit
f.       Urutan pelajaran harus dimulai dari yang konkrit ke yang abstrak
g.      Urutan pelajaran harus dimulai dari yang khusus ke umum
h.      Urutan pelajaran dimuali dari hal yang dikenal ke yang tidak dikenal
i.        Faktor motivasi
Beberapa prinsip yang dapat memberikan motivasi belajar:
a.       Prinsip kebermaknaan
b.      Prinsip atraktif
c.       Prinsip modeling
d.      Prinsip pre-rekuisit
e.       Prinsip penyebaran jadwal
f.       Prinsip evaluasi hasil belajar secara teratur
Sarana penunjang
a.       Ruang kelas
b.      Laboratorium
c.       Peralatan dan bahan
d.      Perpustakaan
e.       Suber belajar lainnya







BAB III
PENUTUP



Kesimpulan :

            Cara-cara memotivasi dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar.
Tujuan belajar dapat dinyatakan dengan tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah proses belajar mengajar , dan merupakn hasil belajar yang meliputi:
1.      Informasi verbal
2.      Keterampilan intelektual
3.      Strategi koognitif
4.      dan keterampilan motor

            Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan motivasi belajar siswa, marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan mencoba menguraikan bagaimana kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya dalamproses belajar-mengajar IPA.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Raden Maulana