KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat
karunia-Nya itu penulis dapat menyelesaikan makalah “ Pendekatan dan Metode
Pendidikan Mipa II “ tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan
makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini ini
dengan baik. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Dra. Jufrida, M.Si.
Dan
akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri
dan seluruh pembaca pada umumnya.
Jambi,
27 November 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dewasa ini yang masih menjadi
pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa
dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah
bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal
pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi
tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang
dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,
khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang
memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi
belajar siswanya.
Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada sekolah, MIPA adalah mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran MIPA diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya.. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika.
Matematika dan IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis dan konsisten. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika dan IPA harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang diterapkan oleh guru.
Pembelajaran matematika dan IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi–materi MIPA dan konsep–konsep MIPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metode termudah dan termurah. Tetapi dengan cara konvensional semacam ini, apakah makna dari belajar atau learning itu sendiri tersentuh? Dan apakah dengan cara–cara belajar semacam ini susuai dengan eksistensi psikologis siswa itu sendiri. Cara–cara belajar MIPA yang semacam ini tentu jauh dari hakikat MIPA itu sendiri. Nada sinis yang sering dijadikan kelakar bahwa cara mengajar seperti itu dikatakan “ Sastra MIPA”. Artinya tidak ada bedanya antara pembelajaran bahasa Indonesia dengan MIPA.
Salah satu hambatan dalam peningkatkan kualitas pendidikan MIPA, di antaranya adalah mitos yang telah melekat pada sebagian besar bangsa Indonesia. MIPA selama ini sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai MIPA sebagai ilmu yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita, sampai pada ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Semakin lengkap pula ketika mitos-mitos ini disertai dengan sikap guru matematika yang dalam menyampaikan pelajarannya, galak, tidak menarik, bahkan cenderung menciptakan rasa takut dan tegang pada anak. Situasi semacam ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari MIPA. Apa lagi jika siswa tersebut merasa dirinya memiliki kemampuan berfikir yang kurang dibandingkan teman-temannya.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah cara-cara membangun
motivasi pelajar dalam belajar?
b. Apa saja prinsi-prinsip yang
digunakan untuk memotivasi siswa?
c. Bagaimanakah hubungan IPA dan
Matematika?
d. Faktor apa saja yang mempengaruhi
dalam memotivasi belajar siswa?
C.
Tujuan
Penulisan
a. Untuk mengetahui cara-cara membangun
motivasi belajar.
b. Untuk mengetahui prinsip yang
digunakan untuk memotivasi siswa.
c. Untuk mengetahui hubungan IPA dan
Matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Cara-cara Memotivasi Dalam Mengajarkan IPA
Cara-cara memotivasi dalam proses belajar-mengajar dapat
dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersbut bersumber pada
interaksi antara parasiswa dikelas, hubungan antara guru dengan siswa, dan
hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan interaksi antar para siswa meliputi hubungan
antar siswa, persaingan antar siswa dan rasa keterlibatan diri siswa dalam
lingkungannya. Masalah yang berhubungan antara siswa dengan gurunya meliputi
sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugasyang diberikan kepada
siswa, ganjaran terhadap usaha siswa belajar meliputi hadiah, pujian dan
hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan
pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Tujuan belajar dapat dinyatakan dengan tingkah laku yang
diharapkan terjadi setelah proses belajar mengajar , dan merupakn hasil belajar
yang meliputi:
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi koognitif
4. dan keterampilan motor
Dalam pengelolaan proses belajar –mengajar perlu dipilih
pendekatan dan metode yang dipilih sesuai dengan masalah yang dipelajari.
Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan memperhatikan selang waktu
pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada waktunya, aspek soal perlu
sesuai dengan TIK, cara penilaian yang,
memadai dan perlu diadakan pengukuran yang meliputi:
1. Dominan kognitif
2. Efektif
3. Psikomotor
Untuk memotivasi siswa dalam belajar IPA kita dapat kita
dapat berpedoman pada bebrapa prinsip yakni prinsip-prinsip kebermaknaan,
prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dal keterlibatan, penarikan bimbingan
secara berangsur, penyebaran jadwal,
knsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.
Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA
ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip
1. Prinsip
kebermaknaan
Siswa
termotivasi belajar jika merasakan bahwa hal-hal yang dipelajarinya bermakna
baginya. Menurut teori belajar Ausubel pelajaran yang bermakna bagi siswa ialah
pelajaran yang dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui siswa, telah
dialaminya,dihubungkan dengan minatnya, dan kegunaanya pada masa depan kelak.
2. Prinsip
prasyarat
Siswa
termotivasi belajar jika telah memiliki bekal untuk menghadapi pelajaran yang
akan diterimanya. Bekal pengetahuan yang telah dimiliki ini dapat mengaitkan
apa yang akan diterima siswa dengan hal-hal yang diketahuinya, sehingga
pelajaran baru akan bermakna baginya dan ia akan termotivasi untuk belajar.
3. Prinsip
modeling
Siswa akan
termotivasi untuk menunjukkan sikap seperti yang dilakukan oleh guru sebagai
pembawa pesan dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru merupakan model bagi siswa
untuk dijadikan tokoh panutan. Adapun nasihat guru yang disampaikan melalui
kata-kata, tidak akan sebesar pengaruh perbuatan guru yang dilakukannya,
terhadap sikap yang akan ditunjukkan oleh siswa kelak.
4. Prinsip menarik
Siswa akan termotivasi belajar jika
pelajaran disajikan secara menarik.
5. Prinsip
partisipasi dan keterlibatan
Siswa akan
termotivasi belajar jika ia merasa terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar
yang sedang berlangsung.
6. Prinsip penarikan
bimbingan secara langsung
Siswa akan
termotivasi belajar jika bimbingan guru secara berangsur-angsur ditarik. Dengan
penarikan bimbingan secara berangsur ini siswa akan merasakan kemajuan
belajarnya dan adanya pertambahan kemampuan dalam dirinya, sehingga
keyakinannya akan penguasaan pelajaran menambah motivasi untuk belajar.
Pertambahan kemampuan yang dirasakannya merupakan sukses yang telah berhasil
diraihnya secara tahap demi tahap sampai ia tidak memrlukan bimbingan guru lagi
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
7. Prinsip
penyebaran jadwal
Siswa
termotivasi untuk belajar bila program-program praktek dan latihan dijadwalkan
antara tenggang waktu yang tidak terlalu pendek ataupun tidak terlalu panjang.
Penjadwalan yang berturut-turut dan terlalu lama akan menimbulkan kebosanan
dalam diri siswa.
8. Prinsip
konsekuen dan kondisi yang menyenangkan
Siswa akan
termotivasi belajar jika guru konsekuen dengan peraturan-peraturan yang telah
diberikannya, khususnya yang berhubungan dengan masalah disiplin kelas.
Misalnya untuk tidak datang terlambat,dalam hal ini guru pun tidak boleh datang
terlambat. Siswa akan termotivasi pula belajar jika kondisi instruksionalnya
menyenangkan, misalnya memberikan suasana gembira kepada siswa.
9. Prinsip
komunikasi terbuka
Siswa
termotivasi untuk belajar jika pesan dan harapan yang dititipkan padanya
terstruktur dengan baik dan komunikatif. Sebagai contoh siswa pelu diberitahu
tentang tujuan instruksional yang ingin dicapai dan telah dirumuskan dengan
jelas apa yang dipesankan kepadanya dan apa tujuan yang akan dicapainya pada
akhir proses belajar-mengajar tersebut. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Berdasarkan
prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan
motivasi belajar siswa, marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan
mencoba menguraikan bagaimana kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya
dalamproses belajar-mengajar IPA.
Pak Ali
akan mengajarkan topik pemancaran di kelasnya. Ia ingin agar siswa termotivasi
untuk belajar, maka ia akan menggunakan prinsip partisipasi dan keterlibatan,
serta memotivasi siswa untuk belajar. Ia melihat penduduk desanya menggunakan
insektisida dengan jumlah yang berlebihan di sawah untuk membunuh serangga
perusak padi. Ia mulai memberitahukan kepada siswa tujuan istruksional khusus
dari pelajaran tersebut, diantaranya sesuai dengan hasil-hasil belajar menurut
teori belajar Gagne: setelah menyelesaikan pelajaran, diharapkan siswa dapat:
1.
Menyebutkan arti dari pemancaran air.
2.
Menyebutkan
ciri-ciri air tercemar.
3.
Menyarankan
cara-cara penanggulangan pencemaran air.
4.
Menyadari
bahaya yang timbul dari pencemaran air.
5.
Menunjukkan cara sederhana untuk mengenal
beberapa hal tentang pencemaran.
Setelah siswa
mengetahui TIK dari pelajaran yang akan ditempuhnya dan termotivasi untuk
belajar, maka pak Ali memberikan tugas kepada siswa untuk membawa
bermacam-macam air yang terdapat dalam lingkungan tempat tinggal siswa
dikelas,untuk diperiksa apakah air tersebut telah tercemar atau belum.Contoh
air yang dibawa siswa diambil dari lingkungan tempat tinggalnya dengan tujuan
untuk menjadikan siswa yang membawanya merasa terlibat langsung dengan masalah
pencemaran yang akan dipelajarinya itu. Dengan diketahuinya apakah air itu
sudah tercamar atau belum, selanjutnya Pak Ali akan menjelaskan sebab-sebab
timbulnya pencemaran dengan menggunakan metode Tanya jawab dengan siswa yang
bersangkutan tentang kebiasaan apa yang dilakukan penduduk sekitar terhadap air
tersebut. Secara
tidak langsung siswa dapat menyimpulkan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang tidak
baik yang harus dihindarkan karena dapat mencemari air. Disamping hal itu dapat
pula ditambahkan sikap hidup yang harus ditempuh agar pencemaran air itu dapat dihindarkan.
Akibat dari pencemaran dapat pula digali dari pengetahuan siswa sendiri
berdasarkan gejala yang dapat diamatinya dalam kehidupan sehari-hari yang
berupa kerusakan di sekitar air yang tercemar.
Karena yang dipilijh Pak Ali untuk menanamkan konsep
pencemaran itu adalah peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari, siswa merasa terlibat langsung, sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.
Pada contoh lain Pak Badu ingin memotivasi siswanya untuk
mempelajari topic larutan elektrolit, maka ia memulai pelajarannya dengan
bertanya “anak-anak”, mengapa kita tidak boleh menangkap belut disawah dengan
menggunakan arus listrik yang diambil langsung dari kawat jaringan arus PLN?
Para siswa mulai mencoba mereka-reka kea rah mana jawaban
yang diingankan Pak Guru. Ada siswa yang mengatakan hal itu sangat berbahaya,
karena kemungkinan besar orang menangkap ikan itu akan meninggal karena
tersengat arus listrik yang bertegangan tinggi. Kemudian Pak Badu meneruskan
bertanya, “ Apakah air itu dapat menghantarkan listrik”? Pertanyaan ini dijawab
“Ya”, oleh sebagian siswa dan “tidak” oleh yang lain. Mulailah Pak Badu
mengajak siswanya untuk memperhatikan percobaan dengan menggunakan penguji
elektrolit yang telah disiapkan sejak semula. Berdasarkan pertanyaan tentang
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berbahagia, Pak Badu memotivasi
siswanya untuk mempelajari sifat-sifat
larutan terhadap arus listrik. Pada akhir pelajaran Pak Badu menjelaskan pula
tentang kegunaan sifat elektolit ini dengan contoh-contoh yang digali dari
pengalaman siswa, melalui pertanyaan kepada siswa. Karena merasa bahwa
pelajaran tersebut ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan bermanfaat
dalam kehidupan., maka siswa termotifasi untuk belajar. Dengan memotivasi
siswa, Pak Badu telah menggunakan prinsip kebermaknaan, karena dengan
mempelajari topik tersebut siswa dapat memanfaatkan kegunan larutan elaktrolit
dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan larutan elektrolit yang salah
Ibu Ani ingin mengajarkan tentang terjadinya gerhana, baik
gerhana bulan maupun gerhana matahari. Untuk itu sebelumnya ia memperkenalkan
tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Berdasarkan pengetahuan bahwa cahaya
merambat menurut garis lurus maka ia mengkaitkan prinsip tersebut dengan
peristiwa terbentuknya bayangan, kemudian baru memasuki pembahasan tentang
gerhana. Karena siswa telah mengenal sifat-sifat cahaya dan prinsip pembentukan
bayangan, maka siswa termotivasi untuk mempelajari terjadinya gerhana yang
mempunyai prinsip dasar sama dengan konsep yang telah dikenal sebelumnya.
Ibu Ida mempunyai cara lain untuk memotivasi siwanya untuk
mempelajari tentang sifat asam-asam larutan. Ia membawa 2 gelas piala yang
kosong yang sebelumnya telah dibubuhi dengan setetes phenolptalin tanpa
diketahui siswa. Ia juga membawa beberapa botol asam dan beberapa botol asam
basa, yang tidak berwarna dan setiap botolnya diberi etiket dengan jelas.
Kemudian ia mengajak siswa untuk menduga-duga apa yang akan terjadi jika
larutan dalam botol-botol itu dituangkan dalam gelas piala. Siswa menjawab
bahwa pada gelas piala akan terdapat
larutan yang tidak berwarna yang berasal dari botol-botol tersebut. Jawaban
siswa itu dibuktikan dengan menuangkan satu macam asam kedalam gelas piala,
maka siswa gembira karena jawabannya benar, bahwa dalam gelas piala tersebut
terdapat larutan yang tidak berwarna. Kemudian ibu Ida membawa gelas piala yang
kedua, dan menuangkan larutan basa kedalamnya. Larutan basa yang mulanya tidak berwarna
dalam botol semula, pada saat tertuang dalam gelas piala berubah warnanya
menjadi merah. Para siswa sangat terkejut dan mulai termotivasi belajar karena
ingin mengetahui penjelasan terjadinya peristiwa ajaib tersebut.
Dalam hal ini ibu Ida telah berhasil memotivasi siswanya
untuk belajar melalui prinsip menarik perhatian siswa, dengan sebuah kejutan.
Selanjutnya motivasi belajar siswa ini dapat dipertahankan dengan cara
mencampurkan larutan dalam gelas piala yang pertama dan kedua dan diamati kejutan
berikut yang terjadi, larutan campuran menjadi tidak berwarna lagi. Dari sini
maka dikembangkan konsep reaksi asam basa. Mengapa? Phenolptalin dalam basa
berwarna merah sedangkan dalam larutan asam bersifat netral tidak berwarna.
Hasil reaksi antara asam dan basa bersifat netral, karena itu larutan menjadi
tidak berwarna jika terdapat phenolptalin didalamnya.
Masih banyak contoh lain yang dapat menunjukkan bagaimana
cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA yang dapat Anda
cari, terutama yang dihubungkan dengan
berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar
dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar.
Masalah-masalah tersebut bersumber pada interaksi antara para siswa di kelas,
hubungan antara guru dengan siswa dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan
proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan interaksi antara para siswa
meliputi hubungan antara siswa, persaingan antara siswa dan rasa keterlibatan
diri siwa dalam lingkungannya.
Masalah yang melibatkan hubungan antara guru dengan siwa
meliputi sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa, ganjaran terhadap usaha siswa
belajar yang meliputi hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta
hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola
proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar
secara langsung dikelas diantaranya meliputi informasi tentang tujuan belajar
kepada siswa, pengelolaaan proses belajar mengajar. Dan cara mengevaluasi hasil
belajar siswa. Tujuan belajar dapat dinyatakan dalam perubahan tingkah laku
siswa yang diharapkan terjadi setelah proses balajar-mengajar, dan merupakan
hasil-hasil belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap dan keterampilan motor. Dalam pengelolaan proses
belajar-mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan masalah
yang dipelajari . Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan
memperhatikan selang waktuy pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada
waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan TIK, cara penilaian yang memadai dan
perlu diadakan pengukuran yang meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Untuk memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA
kita dapat berpedoman pada prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling,
menarik, partisipasi dan keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur,
penyebaran jadwal, konsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi
terbuka.
2.2.
Implikasi Pendekatan dan Metode Pendidikan IPA
Untuk menunjang terlaksananya pendidikan IPA dengan baik,
harus diperhatikan beberapa hal antara lain faktor guru, faktor murid dan bahan
pelajaran, faktor motivasi dan sarana penunjang.
Faktor
guru
a. Menguasai bidang studi yang
diajarkan
b. Mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan
c. Mempunyai keterampilan merakit alat
d. Membimbing siswa
e. Menyadari bahwa seorang siswa tidak
di didik menjadi seorang spesialis fisika dan sebagainya
f. Terampil dalam bertanya
g. Bertindak sebagai ktalisator dan
fasilitator
h. Menyadari bahwa tidak senua ilmu IPA
bisa dibuktikan
i.
Tidak
perlu rendah diri
j.
Menyadari
bahwa kemapuan bakat dan minat siswa bebeda-beda
k. Menjadi contoh tauladan dan figure
panutan
Faktor murid dan bahan pelajaran
Seorang guru IPA perlu meperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperhatikan dan membantu murid
b. Menjelaskan tujuan setiap percobaan
c. Percobaan IPA harus meransang otak
siswa harus berfikir
d. Percobaan yang akan dilakukan bukan
merupakan percobaan yang baru
e. Urutan pelajaran harus dimulai dari
yang sederhana ke yang sulit
f. Urutan pelajaran harus dimulai dari
yang konkrit ke yang abstrak
g. Urutan pelajaran harus dimulai dari
yang khusus ke umum
h. Urutan pelajaran dimuali dari hal
yang dikenal ke yang tidak dikenal
i.
Faktor
motivasi
Beberapa prinsip yang dapat memberikan motivasi belajar:
a. Prinsip kebermaknaan
b. Prinsip atraktif
c. Prinsip modeling
d. Prinsip pre-rekuisit
e. Prinsip penyebaran jadwal
f. Prinsip evaluasi hasil belajar
secara teratur
Sarana penunjang
a. Ruang kelas
b. Laboratorium
c. Peralatan dan bahan
d. Perpustakaan
e. Suber belajar lainnya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Cara-cara memotivasi dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar.
Cara-cara memotivasi dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar.
Tujuan belajar dapat dinyatakan dengan tingkah laku yang
diharapkan terjadi setelah proses belajar mengajar , dan merupakn hasil belajar
yang meliputi:
1.
Informasi
verbal
2.
Keterampilan
intelektual
3.
Strategi
koognitif
4.
dan
keterampilan motor
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar
yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan motivasi belajar siswa,
marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan mencoba menguraikan bagaimana
kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya dalamproses belajar-mengajar
IPA.
0 komentar:
Posting Komentar